Sosialisasi Pemira Tidak Merata, Salah Siapa?
PEMIRA atau Pemilihan Raya kembali menjadi perbincangan hangat di Politeknik Negeri Jakarta saat ini. Pemira Pusat 2019 bertujuan untuk memilih calon ketua BEM, MPM, dan anggota MPM baik MPM pusat maupun MPM distrik. Memasuki masa demis kepengurusan organisasi, MPM, BEM, Himpunan, dan seluruh lembaga formal kemahasiswaan berbondong menyemarakkan pergantian kepemimpinan periode 2019/2020.
Pemira 2019 yang dipimpin oleh Muhammad Fadhil dari jurusan Teknik Mesin sudah digerakkan untuk melakukan sosialisasi oleh panitia terpilih. Mulai dari pawai Pemira 2019 ke penjuru PNJ, grand launching, hingga sosialisasi di media sosial.
Namun, menurut Fadhil, sosialisasi Pemira 2019 masih sangat kurang karena terkendala dengan waktu dan biaya.
“Saya akui rangkaian Pemira 2019 ini sangat padat sehingga sulit untuk memberikan sosialisasi khusus soal pemira pada mahasiswa. Kemudian, terkendala biaya. Sosialisasi terbaik menurut saya lewat propaganda, baliho, dan sebagainya. Namun, hal tersebut sulit direalisasikan sehingga kami selaku panitia hanya mampu menyosialisasikan melalui media sosial baik akun resmi maupun akun pribadi,” tutur Fadhil.
Tidak ada strategi khusus untuk menanggulangi hambatan tersebut. Hanya saja, Pemira 2019 berkolaborasi dengan Pemira Jurusan untuk meningkatkan antusiasme mahasiswa PNJ terhadap pemira. Contoh kolaborasi pada saat ini, yaitu melakukan kampanye secara terpusat, dan melakukan kampaye dari kelas ke kelas.
“Saya pribadi cuma tahu pemira sekilas aja nggak terlalu rinci karena sosialisasinya yang kurang merata,” ujar Anis mahasiswa Teknik Grafika dan Penerbitan.
Ada hal yang dirasa cukup efektif untuk melakukan sosialisasi, yaitu lewat media sosial. Media sosial adalah realisasi yang sedang digencarkan untuk menyosialisasikan Pemira 2019 untuk MPM, BEM, hingga Himpunan. Hal tersebut sudah dilakukan oleh calon ketua BEM nomor urut 1 dan 2. Mereka sudah mulai gencar kampanye di media sosial. Tentunya hal tersebut sudah melewati tahap konfirmasi dari panitia Pemira 2019.
Tahap kampanye dimulai sejak 20—28 Mei 2019. Para calon legislatif dan eksekutif serentak menyuarakan visi, misi, dan program unggulan untuk menarik suara mahasiswa PNJ. Kampanye juga dilakukan ke berbagai jurusan termasuk kelas program kerja sama, seperti ke kampus Jatiwaringin.
Untuk program kerja sama lain, seperti kampus Pondok Cabe, PLN, GMF, PT Badak, dan Holcim dilakukan dengan berbagai cara, contohnya kampus Pondok Cabe yang termasuk dalam jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan akan mengadakan kampanye pusat. Kampus PLN dan GMF bisa menerima kampanye per kelas di PNJ. Namun, PT Badak dan Holcim tidak dapat dijangkau karena kelasnya yang terlalu jauh.
Terlepas dari hal di atas, sudah menjadi tugas panitia Pemira 2019 untuk bekerja keras dalam menarik antusiasme mahasiswa PNJ agar dapat ikut berkontribusi dalam pesta demokrasi yang ada di PNJ tahun ini. Begitu pun mahasiswa yang sudah seharusnya kritis. Mahasiswa PNJ harus berpartisipasi penuh dalam pemilihan pemimpin yang baik dan badan-badan pemimpin ormawa Politeknik Negeri Jakarta.
Fadhil berharap pemira tahun ini dapat berjalan dengan lancar dan mampu menghasilkan pemimpin-pemimpin yang progresif, yang dampaknya dapat dirasakan oleh civitas PNJ dan rakyat Indonesia. (YY/AM)
Editor : Nabila Damaan
Pemira ini kan program MPM ya jadi ga semua salah dr panitia seharusmya program ini udh di sosialisasikan oleh MPM, karena selama ini gue liat ig mpm sepi-sepi adem aja 1 periode ngapain aja? Sebelum ot harus nya ada sosialisasi juga, gue aja liat panitia pemira banyak yg ga memenuhi standar karna apa? Karena mereka jg blm tentu tau pemira itu gimana.