Sekretariat Digusur, Astadeca : Demi Akreditasi, Kami Terima
Gemagazine – Dalam rangka peningkatan akreditasi, Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) sedang gencar melakukan pembangunan. Salah satu di antaranya yang sedang berjalan saat ini adalah proyek pembangunan ruangan untuk S2 Teknik Sipil di Gedung S atau Red House.
Selain itu, terdapat pula proyek pembangunan Jalan Bikers Outer Road Ring (BORR) di pintu masuk belakang PNJ yang menyebabkan termakannya sebagian lahan yang berada di bagian belakang Gedung Red House. Hal ini tentunya memberikan berbagai macam dampak bagi Organisasi Mahasiswa (Ormawa) yang menetap di wilayah tersebut. Setidaknya ada empat Ormawa, yaitu Pankreas, Posa, KMK, dan Astadeca.
Namun, dari keempat organisasi tersebut, Astadecalah yang memperoleh dampak yang paling besar. Pasalnya, pembangunan tersebut menyebabkan kurang lebih setengah bagian dari sekretariat milik Astadeca harus terpangkas sehingga rutinitasnya pun terganggu. Belum lagi organisasi pecinta alam ini memiliki peralatan-peralatan yang cukup besar seperti perahu yang tentunya memerlukan tempat penyimpanan yang luas.
Astadeca telah menetap di Red House sejak tahun 2004. Badan Otonom yang telah berdiri sejak tahun 1983 ini sebelumnya pernah tinggal di Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa) dan sempat pula berpindah ke Kantin Teknik (Kantek), pada akhirnya memilih Red House sebagai tempat berorganisasi sampai saat ini. Red House sendiri mulanya dibangun sebagai locker atau tempat beristirahat, tempat menyimpan barang, serta tempat untuk mandi bagi mahasiswa sipil dan mesin seusai mengerjakan praktikum bengkel. Namun, seiring berjalannya waktu Red House pun beralih fungsi sebagai sekretariat dari beberapa Ormawa, yaitu Pankreas, Posa, KMK, dan Astadeca.
Iwang Isnawan Muroyhan selaku Ketua Umum Astadeca menjelaskan, dia dan para anggota sebenarnya tidak begitu mempermasalahkan tentang adanya pembangunan tersebut. Karena sejatinya pembangunan ini juga demi menaikkan kualitas akademik PNJ sendiri sehingga dapat meningkatkan akreditasi pula. Iwang pun bersyukur, separuh dari ruangan tersebut masih dapat digunakan kembali apabila proyek pembangunan telah selesai dilaksanakan. Namun, Iwang sangat menyayangkan karena sosialisasi yang terlambat dalam proses pembangunan tersebut.
“Tidak ada pemberitahuan yang disampaikan sebelumnya oleh pihak kampus mengenai pembangunan ini. Jadi kita tidak ada persiapan. Baru ketika pembangunan sudah berjalan, Pak Iwa mengumpulkan semua Ormawa yang ada di Red House untuk memberikan pengarahan,” ujar Iwang Isnawan selaku Ketua Umum Astadeca 2018/2019, ketika diwawancarai pada Senin (22/07) lalu.
Terkait hal tersebut, pihak struktural (direktorat), BEM, ketua pelaksana proyek pembangunan, dan Ormawa yang terkena dampak pembangunan pun telah melakukan audiensi. Isi dari audiensi tersebut membahas tentang pengalihan sekretariat sementara ke Gedung Serba Guna (GSG) atau Perpustakaan beserta prosedur yang perlu dilakukan jika ingin menggunakan gedung-gedung tersebut sebagai tempat latihan sementara mereka.
Namun bagi Astadeca, hasil audiensi tersebut tidaklah memberi solusi. Sebab kegiatan para mahasiswa pecinta alam tersebut mayoritas dilakukan hingga malam hari, sedangkan untuk batas penggunaan Gedung GSG hanya sampai pukul 8 malam dan Perpustakaan sampai pukul 4 sore.
“GSG hanya dibuka hingga pukul 8 malam, sedangkan Astadeca mulai aktif biasanya dari setelah salat magrib hingga malam. Sehingga untuk jangka waktu yang pendek seperti itu, untuk menyusun-nyusun kegiatan tentunya kurang,” ujar Iwang.
Iwang pun akhirnya memilih jalan lain untuk tetap melakukan kegiatan pelatihan organisasi dengan cara menggunakan lorong yang ada di sekitar Red House, ataupun memilih tempat di luar PNJ sebagai sarana belajar.
Iwang mengatakan, Iwa Sudradjat selaku Pembantu Direktur III telah memberikan wewenang bagi Astadeca untuk menggunakan salah satu ruangan yang tidak terpakai di Pusgiwa. Ruangan tersebut sebelumnya sempat ditempati oleh Organisasi Rhinos. Namun, Iwang enggan untuk menggunakannya karena masih dipakai untuk tempat menaruh perlengkapan helper.
Iwang juga mengaku sempat mendengar informasi bahwa dalam jangka waktu kurang lebih 2 tahun ke depan, akan dibangun gedung baru di belakang Pusgiwa yang nantinya akan ditempati oleh Astadeca dan Ormawa lain yang belum memiliki ruang di PNJ. Namun, Iwang belum dapat memastikan apakah berita tersebut benar adanya.
Saat ditanya tanggapannya tentang pembangunan tersebut. Iwang menjelaskan, meskipun sempat keberatan, dia dan anggota terima dengan apa yang dilakukan demi meningkatkan kualitas akademik di PNJ. Namun, Iwang juga berharap agar pihak struktural tidak mengesampingkan hak Ormawa untuk memiliki ruangan agar dapat menjalankan kegiatan.
“Saya tidak apa-apa jika memang tujuannya ingin meningkatkan akreditasi PNJ ke depannya. Karena hal tersebut akan membuat nama PNJ pun lebih dikenal. Namun, saya harap agar pihak struktural tetap tidak mengesampingkan pengoptimalan fasilitas untuk organisasi kampus. Hal ini dikarenakan apabila organisasinya berhasil maka nama kampus pula yang akan dibanggakan,” ujar Iwang ketika ditanya harapan untuk Astadeca dan PNJ ke depannya. (SH/MA)
Foto : Dokumentasi Pribadi
Editor : Nada Husna
Walaupun tergusur oleh kepentingan2 lain…sejarah berkembangnya ASTADECA tidak akan pernah kami lupakan…sekretariat bukan hanya sekedar bangunan..tetepi mempunyai nilai histori yang tak ternilai oleh siapapun.
Salam Hormat,
A.XXII.04.017