Sempat Alami kendala, PKKP 2019 Tetap Berjalan Lancar
Gemagazine — Pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus Politeknik (PKKP) 2019 resmi ditutup pada Kamis (29/8) di Lapangan Utama Politeknik Negeri Jakarta. Kegiatan dimulai dengan upacara dan ditutup dengan sambutan oleh Perwakilan Pembantu Direktur sekaligus do’a. Penutupan PKKP turut menampilkan formasi mozaik, yel-yel, dan tarian dari mahasiswa afirmasi dikti. Tahun ini, PKKP diikuti sekitar 3000 peserta, terdiri dari 2200 mahasiswa baru, dan 800 mahasiswa lama.
Rangkaian PKKP 2019 dilakukan dalam interval waktu 10 hari, yang meliputi upacara pembukaan PKKP, pemberian materi sistem perguruan tinggi, sosialisasi jurusan, LFK show ormawa, pelatihan bela negara, dan upacara penutupan PKKP sekaligus pelantikan mahasiswa baru. Tema yang digagas adalah SDM Unggul Indonesia Maju di Lingkungan Politeknik Negeri Jakarta, guna menghasilkan mahasiswa yang berdaya saing unggul.
Pada 19-21 Agustus, kegiatan PKKP berlangsung di Politeknik Negeri Jakarta. Namun, kegiatan PKKP menemui beberapa kendala teknis misalnya, pemberitahuan informasi yang invalid dan terkesan mendadak sehingga banyak mahasiswa yang mengeluh akan persoalan tersebut. Salah satunya, yaitu penampilan formasi mozaik yang sebelumnya tidak ada dalam rangkaian PKKP. Meski demikian, kegiatan tersebut dapat dieksekusi dengan baik, melibatkan koordinasi antara peserta, BEM, MPM, dan panitia.
Menurut Hafiduddin, S.Ag., M.Ag., selaku perwakilan pembantu direktur 3 bidang kemahasiswaan, beberapa indikator umum hambatan acara di antaranya, manajemen waktu, dan sulitnya memobilisasi ribuan mahasiswa. Selain itu, tidak tertib dan keterlambatan masuknya data pendaftaran PKKP oleh mahasiswa juga ikut memengaruhi hal tersebut.
Kegiatan di Lapangan Utama PNJ berlangsung pukul 07.00 – 17.00. Dalam satu hari, sekitar 70-100 peserta dikabarkan kelelahan akibat terpapar teriknya sinar matahari. Berdasarkan keterangan panitia, mayoritas peserta merasa pusing dan dehidrasi.
Hafiduddin, S.Ag., M.Ag., turut membenarkan kejadian itu. Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa dehidrasi terjadi karena terbatasnya persediaan air minum, dimana peserta tidak diperkenankan membawa air minum kemasan, melainkan tumbler dalam rangka kampanye mengurangi sampah plastik. Akan tetapi, ia mengonfirmasi bahwa permasalahan yang terjadi telah diantisipasi dengan mendata mahasiswa yang memiliki riwayat penyakit berat. Bagi mahasiswa yang merasa dehidrasi, diperbolehkan untuk meminta panitia membelikan air minum. Sejalan dengan pihak kampus, walaupun sempat kewalahan, panitia menangani permasalahan melalui penambahan tim medis dan ruang khusus bagi mahasiswa yang sakit.
“Pihak kampus juga telah menyediakan fasilitas penanganan dari tim medis, obat-obatan di poliklinik, dan ambulans,” ujar Hafiduddin S.Ag., M.Ag.
Selain diisi pengenalan akademis kampus, ada teknis kegiatan yang bersifat semi militer pada tanggal 22-24 untuk gelombang 1, kemudian pada tanggal 24-26 untuk gelombang 2. Meskipun bersifat semi militer, pihak kampus menjamin rangkaian kegiatan aman dan telah memenuhi SOP. Materi mencakup kedisiplinan, membagun karakter, etika, bela negara, dan penguatan ideologi pancasila.
Perbedaan mencolok pelatihan bela negara dari tahun sebelumnya berkaitan dengan tempat. Tahun ini, mahasiswa dilatih selama 3 hari di Rindam Jaya, Condet bagi mahasiswa perempuan, dan Gunung Bundar bagi mahasiswa laki-laki. Pelatihan bela negara terbagi menjadi dua gelombang akibat kapasitas yang melampaui batas maksimal, yakni 1500. “Dengan adanya kegiatan PKKP saya senang karena bisa menambah wawasan sekaligus mendapat relasi teman baru,” ujar Robiatul Adawiyah, mahasiswa jurusan Akuntansi. (TA)
Editor: Nisrina Munifah
Seluruh foto pada artikel ini didokumentasikan oleh Humas Politeknik Negeri Jakarta.