Gemagazine — Salah satu hasil Kongres Ormawa PNJ pada Jumat (04/10) ialah ditiadakannya Olimpiade Politeknik (OP). Hasil tersebut didapatkan atas voting dari seluruh Ormawa PNJ yang hadir pada waktu pembahasan substansi olahraga.

Lantas bagaimana tanggapan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) terkait ditiadakannya OP?

Sebelumnya, pada saat kongres Ormawa PNJ, terdapat pembahasan substansi olahraga dan menyinggung masalah OP karena acara pengembangan minat dan bakat terbesar di Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) tersebut menuai pro dan kontra.

Seluruh Ormawa PNJ yang hadir berdiskusi mengenai OP akan diadakan atau tidak pada 2020. Sebab terdapat beberapa hambatan jika dilaksanakan, seperti waktu pelaksanaan Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) yang berdekatan, sarana olahraga yang belum memadai, dan masalah kompensasi yang masih sulit.

Akhirnya dipilihlah jalur voting untuk memutuskan apakah OP akan dilaksanakan atau tidak. Voting dilakukan oleh perwakilan Ormawa PNJ yang hadir pada saat itu. Namun, BEM dan MPM bersikap netral.

Dari seluruh Ormawa PNJ yang hadir, hanya dua yang menyetujui diadakannya OP, yaitu Himpunan Mahasiswa Elektro, dan KSM Alat Berat. Maka, dari hasil keseluruhan, diputuskan bahwa OP ditiadakan tahun depan.

“Saya selaku perwakilan mahasiwa jurusan Teknik Elektro sangat kecewa dengan ditiadakannya OP karena OP adalah salah satu acara terbesar di Politeknik Negeri Jakarta, dan OP merupakan ajang untuk silaturahmi antar jurusan,” ujar Hafizh Rizkiansyah selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Elektro.

Berbeda dengan Hafizh, Ilham selaku ketua UKM State Polytechnic of Jakarta Basketball (Pocket), menyetujui ditiadakannya OP.

“Kalau dilihat dari perkiraan jadwal pelaksanaan yang diusulkan oleh BEM, yaitu waktunya cuma ada seminggu setelah Porseni dan setelah itupun langsung puasa, masalah juga ada pada venue dikarenakan Lapangan Kerangkeng masih dalam proses renovasi. Jadi, kita dari pocket menyatakan tidak setuju apabila OP diadakan karena kesannya memaksakan pada jadwal yang mepet,” ujar Mohammad Ilham Khomaidi, Ketua UKM Pocket.

Maulana Azmi selaku Ketua UKM Polytechnic Chess Club PNJ (PCC) tidak setuju dengan ditiadakannya OP karena wadah bagi atlet untuk berkompetisi berkurang.

“Secara pribadi saya kurang setuju. Namun, tidak bisa dipungkiri juga dengan ditiadakannya OP, mahasiswa bisa fokus ke Porseni,” ujar Maulana.

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) PNJ pun angkat bicara dan bersedia jika OP tetap diadakan, tetapi dengan beberapa syarat untuk Himpunan Mahasiswa Jurusan.

Pertama, jurusan dapat terlibat dengan baik dalam kepanitiaan maupun kegiatan. Kedua, harus selalu menjaga ketertiban dan kemanan. Ketiga, BEM mengimbau agar tidak ada jurusan yang mengundurkan diri dalam perlombaan. Terakhir, Jika ditiadakan OP, maka BEM memiliki upaya untuk tetap mengadakan ajang silaturahmi dalam mengembangkan minat dan bakat di bidang kesenian maupun olahraga, berupa turnamen atau lainnya.

“Intinya kita menghormati hasil keputusan Ormawa PNJ yang hadir kemarin, khususnya HMJ karena HMJ mewakili mahasiswa dari masing-masing jurusan,” ujar Bagas Maropindra selaku Ketua BEM PNJ.

Hingga saat ini, solusi yang diberikan untuk OP ialah akan diupayakan adanya acara silaturahmi antar jurusan dengan konten sama seperti OP, ada pawai, turnamen dan lain-lain. BEM PNJ akan terus mencari jalan keluar terkait ditiadakannya OP untuk tahun depan.

Bagas pun berharap agar ke depannya atlet-atlet PNJ bisa mendapatkan juara umum di Porseni. (IKP)

Editor: Nisrina

Fotografer: Zulfikar

1 thought on “Inilah Alasan OP Ditiadakan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *