Fisik Kok Dihina, Kalau Berubah Bagaimana?

0

Body shaming sering kali menjadi problematika bagi setiap perempuan. Tubuh yang kelebihan berat badan, kulit yang kusam, kaki yang terlalu pendek, atau wajah yang berjerawat merupakan contoh sindirian yang kerap kali diungkapkan. Meskipun begitu, pernahkah kalian sesekali memahami perasaan mereka?

Banyak sekali perempuan yang berusaha untuk memperbaiki penampilan mereka dengan berolahraga, menjaga pola makan, perawatan wajah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, berubah itu butuh proses, lo! Dalam prosesnya saja kita masih sering mendapat kritikan yang membuat kita berpikir untuk menyerah.

Tanpa kalian sadari, bisa saja kalian menjadi bagian dari mereka yang membuat orang lain kehilangan semangatnya untuk menjadi lebih baik. Nah, untuk menghindarinya, inilah beberapa hal yang harus kita lakukan.

1. Jangan meremehkan usaha seseorang

Perubahan kecil yang terjadi memang terkadang kurang disadari. Namun, bagi pelaku yang terus berusaha tentu itu menjadi pencapaian tersendiri bagi mereka.

Misalnya, masalah berat badan yang sulit sekali untuk dikurangi. Saat temanmu memberitahu berat badanya berkurang, jangan sekali-kali kamu menjawab “Tetap saja kamu masih kelihatan gendut,” sebab meski hanya berkurang 0,5 atau 1 kg bisa saja dia melakukannya dengan usaha yang tidak mudah seperti olahraga ataupun diet ketat.

2. Berhenti menjadikan kekurangan sebagai bahan candaan

Belakangan ini, sering kali orang-orang menggunakan ejekan untuk bercanda. Padahal seharusnya candaan itu bersifat lucu bukan menghina, namun anehnya pula orang-orang yang mendengar justru tertawa tanpa memikirkan perasaan si subjek yang dihina.

3. Stop membanding-bandingkan seseorang

Bukan hanya teman, keluarga sendiri pun terkadang suka membandingkan kita dengan orang lain. Pasti itu semua tidak enak untuk dirasakan.

“Mendingan gua lah dari pada lu, sudah jelek, hitam, dekil, hidup lagi.”

Wah, hak hidup seseorang bukan untuk yang berparas elok saja ya, Kawan. Kata-kata seperti itu bisa saja membuat dia berpikir hidupnya sangat buruk karena lebih melihat kekurangannya sendiri dan berhenti berusaha untuk memperbaiki diri.

“Cantikan si ‘A’ lah, sudah putih, ramping lagi, si ‘B’ jerawatan terus pendek.”

Jangan terlalu fokus dengan kelebihan orang lain, cobalah lihat kelebihan kamu yang tidak ada di diri orang lain.

Penyanyi Audy Item pernah berkata, “Kalau orang beranggapan saya gemuk lah, gendut lah, its my body! I’m fine dengan keadaan saya begini, yang penting sehat. Kalau saya sehat, saya bisa melakukan hal apa saja selama positif. Percuma badan bagus tetapi isinya nyindir mulu.”

4. Cobalah memikirkan perasaan orang lain

Tujuan dari memberikan kritik yaitu untuk menjadikan orang yang dikritik lebih baik dari sebelumnya. Namun, kritik yang terlalu pedas juga bisa membuat seseorang tertekan.

Cobalah untuk memposisikan diri sendiri sebagai orang yang kamu kritik sehingga kamu akan lebih berhati-hati dalam menyampaikan maksud dan memilah tutur kata. Berikan juga saran yang baik tanpa memaksakan dia untuk berhenti.

5. Berikan dukungan pada setiap perubahan yang dilakukan

Setiap usaha pasti membutuhkan dukungan, bukan hanya kritikan. Kalau kalian merasa ada yang berbeda dari teman kalian, misalnya yang awalnya suka makan banyak sekarang porsinya lebih sedikit, ada yang berdandan, atau lebih memperhatikan penampilan, jangan merasa kehilangan. Temanmu masihlah orang yang sama. Berikanlah dukungan dan tetap ingatkan dia untuk menjaga kesehatan.

Kalian pasti memiliki idola, bisa saja idola yang kalian sukai dulunya tidak secantik atau setampan yang sekarang, ada juga yang tetap terlihat hebat meski dengan kekurangannya. Banyak tokoh publik yang dapat membuktikan dirinya berhasil menjadi lebih baik dalam hal penampilan.

Pemikiran yang salah dapat membuat penilaian kita salah juga. Orang-orang memperbaiki penampilan bukan semata karena tidak percaya diri atau ingin terlihat sempurna di mata orang lain. Mereka hanya lebih mencintai diri sendiri dengan menjaga diri. 


Penulis: Intan Ramadhani

Penyunting: Fairuz Z

Sumber ilustrasi: Freepik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *