Sosialisasi Pemilihan Raya (Pemira) dilakukan guna menjelaskan peraturan dan mekanisme kampanye, baik bagi peserta Pemira (calon MPM dan paslon BEM) serta mahasiswa PNJ.

Para panitia Pemira pun sudah menyebarkan informasi terkait sosialisasi Pemira ini. Sosialisasi ini sudah dilakukan sejak 31 Oktober 2021. Sosialisasi tersebut dilakukan dengan sistem hybrid, luring, dan daring.

“Sosialisasi secara online ini bisa dikatakan tidaklah efektif. Kita ini (adalah) calon-calon generasi organisasi pusat, baik calon MPM dan BEM, (yang) perlu diketahui oleh mahasiswa. Oleh karena itu, calon MPM dan BEM akan menjabat di lembaga tertinggi di PNJ. Suasana online ini membuat mahasiswa merasakan tidak puas karena tidak bisa bertatap langsung, pertanyaan dibatasi dan kendala jaringan. Berbeda dengan offline, mahasiswa dapat mengenal calon pemimpinnya. Tidak hanya itu, mahasiswa (juga akan) lebih puas mengeksplorasi calon-calon MPM dan BEM,” ujar Ando Kusumah Putra, calon MPM Independen dari Jurusan TIK.

Sayangnya, informasi yang disebar tidaklah merata sehingga belum semua mahasiswa ikut sepenuhnya dalam kampanye Pemira ini. Sosialisasi Pemira mengalami berbagai kendala, baik pemunduran timeline, perubahan mekanisme (time limit menjadi goals limit), penambahan schedule, dan kurangnya partisipan. Suasana sosialisasi secara online ini tidak cukup optimal di berbagai jurusan karena jarang sekali partisipan mencapai 200 orang.

Beberapa jurusan lebih tertarik pada topik advokasi, terutama pada bagian bantuan uang kuliah tunggal (UKT), pelegalan Kelompok Studi Mahasiswa (KSM), dan topik kuliah offline. Sedangkan, BEM PNJ ditantang oleh Jurusan Akuntansi untuk membuat kajian mengenai kuliah offline. Tak hanya itu, terdapat mahasiswa yang bertanya tentang program unggulan, seperti Pandora Fest dan Border. Kemudian, banyak juga pertanyaan tentang regenerasi.

Pada awalnya, terdapat bakal calon BEM yang dinyatakan tidak lolos karena tidak memenuhi beberapa hal dalam persyaratan. Serta beberapa waktu sebelumnya, belum juga ada yang mencalonkan sebagai paslon ketua dan wakil ketua BEM. Pada akhirnya, ketika Supriyadi dan Anggita Hutami mencalonkan sebagai calon ketua dan wakil ketua BEM, pertanyaan timbul dari beberapa mahasiswa: Mengapa mereka tidak mencalonkan diri sejak awal open tender Pemira 2021?

“Alasan saya dan Yadi mendaftar karena sama-sama punya rasa empati; saya mempertimbangkan maju karena (ingin menjadi) calon wakil ketua BEM perempuan. Serta, selama di BEM, saya jadi tahu masalah advokasi yang diajukan mahasiswa (yang) bahkan berhubungan dengan para orang tua terkait hal advokasi. Lalu, alasan saya terjun, yaitu karena rasa empati sehingga melangkah menjadi calon wakil ketua BEM,” ujar Anggita selaku calon wakil ketua BEM 2021.

Paslon ketua dan wakil ketua BEM akan bersaing dengan suara kotak kosong. Mereka sudah melewati Fit and Proper Test (FPT), agenda kampanye, dan tinggal menunggu agenda sosialisasi eksplorasi  BEM pada tanggal 14 November. Tak hanya itu, terdapat juga kampanye media dan hari tenang.

Para tim sukses paslon BEM sedang mempersiapkan hasil survei keresahan mahasiswa. Selanjutnya akan mematangkan visi misi program unggulan, gerakan, dan menghimpun aspirasi mahasiswa yang sudah ada sejak sebelum kampanye. Kampanye media pun sedang dipersiapkan seluruhnya.

Sampai saat ini, kajian untuk kuliah offline sedang dipersiapkan. Mereka bahkan akan meminta perizinan kepada Wakil Direktur (Wadir) Satu dan sudah melihat beberapa kampus yang telah melaksanakan kuliah offline.


Penulis: Tim Redaksi GEMA

Penyunting: Farah Andini

Foto: Instagram/pemirapoliteknik_2021

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *