Fenomena Mahasiswa Baru: Antara Pendidikan dan Gengsi
Foto: unsplash
Setelah menyelesaikan pembelajaran wajib selama 12 tahun, para pelajar banyak tertarik melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi atau universitas. Pada tahap ini, mereka memiliki kesempatan untuk memilih jurusan atau program studi yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Perguruan tinggi sejak lama dianggap sebagai salah satu fondasi dalam membentuk individu seseorang untuk mempersiapkan karir dan masa depan. Melalui perguruan tinggi, para mahasiswa tidak hanya mendapatkan pengembangan akademis, tetapi juga kesempatan untuk mengeksplorasi minat pribadi mereka dan mengembangkan identitas serta pandangan dunia yang lebih matang.
Namun, di samping dimensi akademis dan peluang kerja, terdapat unsur lain yang semakin mendominasi dalam ranah pendidikan tinggi, yakni “gengsi.” Para calon mahasiswa kerap kali beranggapan bahwa universitas menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan prestise dan status sosial mereka. Fenomena ini memunculkan pertanyaan yang signifikan mengenai peran universitas sebagai panggung untuk membangun gengsi di kalangan generasi muda.
Faktor Pembentuk Gengsi Universitas
Gengsi universitas timbul dari faktor-faktor yang terhubung. Pertama, peringkat dan reputasi universitas menjadi dasar dalam membentuk gengsi. Universitas dengan peringkat tinggi dianggap elit dan menarik mahasiswa baru untuk memamerkan prestise kepada orang lain. Jejak karir alumni yang sukses juga mempengaruhi pandangan terhadap universitas, mencerminkan kualitas pendidikan, dan jaringan universitas.
Fasilitas modern dan lingkungan kampus yang menarik memiliki peran penting dalam membentuk gengsi. Kampus yang memiliki fasilitas mutakhir dan lingkungan yang indah menciptakan kesan eksklusif dan mewah. Ini menjadi simbol visual dari gengsi universitas, yaitu meningkatkan pengalaman pendidikan.
Tambahan, akses ke peluang karir juga membentuk gengsi. Universitas dengan jaringan perusahaan besar memberikan kesempatan kerja yang lebih mudah kepada mahasiswa dan lulusannya. Kemampuan ini membentuk citra universitas sebagai tempat menghasilkan lulusan yang sukses di dunia kerja. Secara keseluruhan, peringkat, reputasi, prestasi alumni, fasilitas, dan akses karir saling melengkapi dalam membentuk gengsi universitas.
Dampak Positif dan Negatif Bagi Mahasiswa Baru
Dari sisi positif, interaksi sosial yang aktif dapat membantu mahasiswa baru memperluas lingkaran pertemanan dan membangun jaringan yang kuat. Selain itu juga dapat membantu pembelajaran tentang perspektif yang beragam dan meningkatkan keterampilan komunikasi. Mereka mungkin juga lebih termotivasi untuk berprestasi di bidang akademik agar bisa bersaing dengan rekan-rekan mereka.
Namun, dari sisi negatif, pandangan ini dapat mengakibatkan beberapa dampak yang tidak diinginkan. Pertama, terobsesi dengan memilih universitas bergengsi dapat membuat seseorang mengabaikan minat dan passion pribadi karena mereka lebih fokus pada reputasi universitas daripada program studi yang sesuai. Kedua, adanya rasa memandang rendah mahasiswa dari universitas lainnya. Ketiga, upaya untuk mempertahankan citra yang bergengsi seringkali mengarah pada tekanan mental yang tinggi.
Secara keseluruhan, interaksi sosial positif di perguruan tinggi dapat memperluas pertemanan dan keterampilan komunikasi, tetapi obsesi dengan gengsi dapat mengabaikan minat pribadi, menciptakan perbandingan negatif, dan menimbulkan tekanan mental. Mahasiswa perlu menjaga keseimbangan antara aspek sosial dan akademik agar pengalaman kuliah mereka menjadi lebih berimbang dan bermakna. (SH/GIM)