Pameran Tunggal Mythology In Self Orbital Dago

0
Foto: @revanyadm on instagram

Orbital Dago merupakan galeri seni yang dibangun oleh Rifky Effendy dan Michael Janssen pada 2016. Galeri seni yang satu ini biasa menampilkan berbagai pameran dari seniman lokal Bandung dan kota lain.

Pada September ini, terdapat pameran tunggal Patra Aditia yang menghadirkan robot-robot jelmaan ikon-ikon seni modern dan kontemporer, seperti Robert Indiana, Piet Mondrian, Andy Warhol, Takashi Murakami, Yayoi Kusama, Kaws, hingga Radi Arwinda dan Machine 56. Pameran ini tengah berlangsung pada 20 September–15 Oktober pukul 09.00–20.00 di Orbital Dago, Jalan Rancakendal Luhur No. 7 Bandung.

Mengapa Patra Aditia Menciptakan Robot Berasal dari Dunia Seni?

Robot mungkin dibuat untuk menyerupai bentuk manusia, tetapi sebagian besar robot adalah mesin yang melakukan tugas. Dirancang dengan penekanan pada fungsionalitas, bukan estetika ekspresif.

Tentunya robot-robot seniman buatan Patra menjadikan makna robot menjadi paradoks. Secara umum, seniman sangat dikenal hidup dalam dunia ekspresi diri dengan pemikiran dan cara kerja yang sangat organis. Karyanya banyak terinspirasi dari animasi dan komik di tahun 80–90an, terutama genre Super Robot. Menurutnya, dunia robot berawal dari suatu makna kasih sayang mendiang sang Ibu. Ketika Patra kecil harus ditinggal sang Ibu untuk meneruskan sekolah di Jepang, Patra sering diberi oleh-oleh robot mainan dari Jepang.

Bagi dirinya, robot menjadi representasi perlindungan alih-alih sebagai bentuk pengalihan hubungan orang tua terhadap anak dalam masa-masa pertumbuhan yang membutuhkan curahan perhatian. Dalam diri Patra, robot-robot serta komik-komik berkelindan serta berkembang menjadi realita yang lain, bahkan menjadi mitologi dalam dirinya.

Makna Bentuk Karakter Robot

Karakter robot-robot yang didasari ikon karya seniman menjadi pengembangan lanjut dari pencarian bentuk karakternya menarik untuk dikembangkan. Patra Aditia berupaya untuk menemukan suatu karakter karya seniman yang telah menjadi ikon dunia, kemudian diterapkan kepada sosok robot.

Adapun suatu karakter robot yang kuat dan khas pada seseorang atau sesuatu akan lebih mempermudah dalam menangkap karakter robotnya, terutama bisa dilihat dari warna dan pola. Contohnya, sosok Yayoi Kusama yang ikonik dengan polkadot merah-putihnya, Mondriaan dengan pola warna garis-garisnya, atau Warhol dengan kaleng Campbell’s supnya.

Ikon-ikon para seniman tersebut memang muncul dari globalisasi dan hasil mesin kapitalisme seni rupa mutakhir, sehingga citra mereka begitu dekat dengan masyarakat seni rupa di mana pun. Akan tetapi, Patra tidak hanya membuat robot para seniman ikonik dunia, ia juga membuat robot dari dua temannya yang juga seniman dari Bandung. Radi Arwinda dan Machine56 menjadi salah satu robot yang tak luput menjadi citra yang akrab dan sebagai mitologi dalam dirinya.

Selain itu, Orbital Dago juga memiliki area kafe, resto, serta penginapan bernama Uma Gati. Galeri ini juga sering mengadakan berbagai acara, seperti kelas atau lokakarya yang dibuka untuk umum. Untuk tiket masuk ke Orbital Dago kamu akan dikenakan biaya tiket masuk sesuai dengan pameran yang digelar. Beberapa pameran bahkan tidak mematok harga tiket masuk (gratis). Namun, beberapa pameran lainnya memiliki harga tiket tertentu berkisar dari Rp 50.000,00—Rp 100.000,00. (NNF/AYY)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *