Eksplorasi Kebudayaan Indonesia: Perjalanan Tiga Mahasiswa Beasiswa DSRI
Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) menerima tiga mahasiswa asing penerima beasiswa Darmasiswa Republik Indonesia (DSRI) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia secara mendalam pada ranah internasional. Ketiga mahasiswa tersebut, Ferman (Turki), Li Yi Ja (Cina), dan Abdelhak (Aljazair), telah mendapatkan kesempatan unik untuk mempelajari bahasa Indonesia dan mendalami kebudayaan Indonesia selama 10 bulan, dimulai sejak bulan September 2023. Berikut adalah cerita menarik mereka selama perjalanan pendidikan mereka di PNJ.
Menurut Ferman, pengalaman belajarnya di PNJ sangat menarik. Ia berhasil mendalami pemahaman bahasa Indonesia dan suasana lingkungan sekitar sangat mendukung turut memberikan pengalaman positif. Ferman juga menekankan bahwa interaksinya dengan mahasiswa dan pegawai kampus sangat positif sehingga menciptakan suasana yang ramah dan baik.
“Selain melakukan pembelajaran di dalam kelas, terkadang dosen juga mengajak kita sebagai mahasiswanya untuk belajar di luar kelas, seperti praktik berbicara dengan beberapa orang. Terkadang mereka membawakan oleh-oleh untuk kami dan itu merupakan momen yang seru sekali. Jadi tidak hanya belajar saja, tetapi terdapat kegiatan lain yang juga merupakan hal yang baru pertama kali kami coba. Menurut saya, metode pembelajaran ini sangat bagus karena ada variasinya,” ujar Ferman.
Ferman juga berbagi kesan pertamanya saat tiba di Indonesia, terutama terkait dengan perbedaan iklim. Dia mengaku kesulitan untuk bernapas karena suhu dan iklim di Indonesia sangat berbeda dari negara asalnya sehingga dia harus menyesuaikan diri terlebih dahulu di negara ini.
“Ketika saya datang ke Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), saya melihat banyak pohon rindang yang membuat lingkungan ini menjadi asri dan bersih. Awalnya saya berharap tidak seperti ini karena di video lain mereka menunjukkan sisi lain dari kampus ini, tetapi pada kenyataannya lebih oke dari yang saya lihat dan saya harapkan di video,” kata mahasiswa asal Turki tersebut.
Mahasiswa lain, Li Yi Ja atau Siska (nama panggilannya di Indonesia) dari Cina, yang juga menerima beasiswa DSRI, sedang menempuh studi jurusan Bahasa Indonesia di Indonesia. Ia datang ke Indonesia dengan tujuan belajar lebih dalam tentang bahasa dan budaya Indonesia. Keinginannya adalah tinggal di Indonesia untuk lebih memahami serta mengapresiasi keindahan bahasa dan budayanya.
Siska menceritakan aktivitasnya ketika ia mengunjungi PNJ, mulai dari mengelilingi kampus sampai mengunjungi perpustakaan. Di sana ia melihat banyak mahasiswa dari berbagai jurusan, termasuk jurusan mesin dan lain-lain. Selain berkunjung ke perpustakaan, ia dan teman-temannya juga pergi ke kantor dan kantin. Menurut pengalaman Siska, yang paling berkesan adalah saat ia makan siang di PNJ, yang merupakan makan siang pertamanya di Indonesia. Tidak hanya itu, ia juga bercerita mengenai tantangan yang harus dihadapi ketika pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia.
“Pertama kali saya datang ke Indonesia, saya merasa sulit berkomunikasi dengan lancar karena sehari-hari di Cina saya tidak menggunakan bahasa Indonesia. Dosen saya (biasanya) orang Cina sehingga kadang-kadang saya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan memahami mereka (orang Indonesia). Ini menjadi tantangan terbesar bagi saya. Namun, saya yakin bahwa dengan waktu, kemampuan berbahasa Indonesia saya akan meningkat,” ungkap Siska sebagai mahasiswa asal Cina.
Siska juga membagikan ceritanya pada saat pergi ke Bandung kala itu. Selama di Bandung, ia belajar banyak hal mengenai budaya yang ada di sana dan belajar bahasa Sunda. Tidak hanya itu, ia juga diajak untuk bermain angklung serta menonton pertunjukan angklung. Siska berharap bahwa ia bisa belajar bahasa Indonesia agar semakin lancar dalam berkomunikasi dan belajar banyak budaya yang ada di Indonesia, seperti bahasa Sunda, Jawa, dan lain-lain.
Abdelhak, mahasiswa yang berasal dari Aljazair, mengatakan bahwa ia tertarik untuk belajar bahasa baru dan ingin mengetahui lebih banyak tentang budaya Asia, terutama budaya Indonesia. Ia berusia 25 tahun dan lulus dari Universitas Badji Mokhtar Annaba dengan gelar master di bidang teknik pertambangan.
“Saya merasa sangat tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang budaya Asia. Itulah sebabnya saya telah mengajukan sejumlah kesempatan beasiswa yang tersedia. Alhasil, saya diterima di dua tempat, yakni di China dan satu lagi di Indonesia. Setelah mempertimbangkan berbagai faktor, saya memutuskan untuk memilih Indonesia sebagai destinasi studi saya. Keputusan ini didasarkan pada keyakinan bahwa Indonesia dengan latar belakang keislaman yang hampir serupa akan menjadi lingkungan yang lebih mudah bagi saya untuk beradaptasi. Selain itu, reputasi keramahan masyarakat Indonesia juga menjadi pertimbangan utama saya, meyakinkan bahwa saya tidak akan mengalami kesulitan besar dalam berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan budaya Indonesia. Saya yakin pengalaman studi di Indonesia akan menjadi perjalanan berharga dalam mengejar pemahaman mendalam tentang keragaman budaya Asia,” tutur Abdelhak.
Pengalaman yang paling berkesan bagi Abdelhak adalah ketika anggota dari Kantor Internasional PNJ I Buddies, Cahyo dan Nadya, datang untuk menjemputnya dari hotel. Ketika Abdelhak tiba di sini, mereka membantunya untuk membiasakan diri dan membeli apa yang ia butuhkan. Ia juga bercerita mengenai sambutan resmi dari PNJ yang berlangsung di perpustakaan dan tentu saja itu terasa hangat. Acara tersebut dihadiri oleh direktur, mahasiswa, dan dosen yang semuanya ikut serta dalam acara penyambutan tersebut. Dalam acara tersebut, ketiga mahasiswa lain yang mengikuti program beasiswa Darmasiswa Republik Indonesia (DSRI) diperlihatkan mengenai pencapaian yang telah diraih oleh dosen dan mahasiswa Indonesia dari PNJ, seperti pengembangan game, desain grafis, pencetakan 3D, dan inovasi seperti kendaraan listrik (EV).
“Pengalaman belajar terbaik saya itu adalah ketika kami berkunjung ke Bandung bulan lalu. Kami menghabiskan tiga hari di sana dengan mengunjungi banyak tempat dan kami benar-benar memiliki waktu yang baik untuk belajar tentang cara bermain angklung serta budaya Sunda. Selain itu, kami juga berinteraksi dengan orang-orang di sana, kemudian menari sambil menyanyi. Kami benar-benar memiliki waktu yang baik di sana. Kami menyukai cuaca alamnya dan itu merupakan pengalaman yang indah dan tak terlupakan,” ucap mahasiswa asal Aljazair tersebut.
Abdelhak mengungkapkan dengan jujur bahwa salah satu tantangan yang dihadapinya saat pertama kali tiba di Indonesia terkait dengan keanekaragaman rasa pada makanan. Ia menyadari bahwa masyarakat Indonesia terkenal dengan penggunaan rempah-rempah yang melimpah, menggabungkan berbagai elemen rempah dalam hidangan mereka. Pengalaman kuliner tidak hanya berkaitan dengan kepedasan cabai, melainkan juga mencakup sentuhan manis dan pedas lainnya, menciptakan pengalaman rasa yang benar-benar baru bagi lidahnya. Meskipun pada awalnya mengakui kesulitan dalam menyesuaikan diri, kini Abdelhak telah berhasil melewati fase tersebut dan merasa nyaman menikmati keberagaman rasa kuliner Indonesia.
“Ketika pertama kali tiba di Indonesia, saya merasakan perbedaan cuaca yang agak panas dan mengalami sedikit kesulitan bernapas, berbeda dengan kondisi di negara asal saya. Awalnya, saya tidak yakin apakah hal tersebut disebabkan oleh cuaca, polusi, atau faktor lain. Namun, sekarang, setelah beradaptasi dengan lingkungan baru, saya merasa bersyukur karena kini dapat bernapas dengan mudah dan menikmati makanan tanpa kendala. Proses adaptasi ini menjadi salah satu tantangan bagi saya saat pertama kali datang ke sini,” tambahnya.
Ketika dimintai informasi tentang kegiatan di luar kampus, Abdelhak mengungkapkan keterlibatannya dalam sejumlah kursus daring sebagai bagian dari upayanya untuk memperluas pembelajaran di luar lingkungan kelas. Selain itu, sebagai langkah konkret dalam meningkatkan pemahamannya terhadap bahasa Indonesia, ia secara rutin mendengarkan podcast yang secara khusus membahas tentang bahasa tersebut. Dengan tujuan utamanya adalah mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang Indonesia, Abdelhak bercita-cita menjadi duta untuk bahasa dan budayanya.
Abdelhak berharap dapat kembali ke Indonesia di masa depan untuk berkontribusi dalam dunia kerja dan mendirikan perusahaannya di sini. Keyakinannya muncul dari pandangan bahwa peluang yang luas terbuka di Indonesia, khususnya dalam bidang investasi dan pendidikan. Ia berambisi agar para mahasiswa dapat mengembangkan diri mereka dengan lebih berpengalaman dan turut serta dalam proses pembangunan negara ini. Dengan penuh cinta terhadap Indonesia, Abdelhak menyampaikan harapannya bahwa suatu hari nanti ia dapat berperan aktif, entah itu bekerja atau menciptakan sesuatu yang bermanfaat di tanah yang ia cintai ini.
(sa/vmg)