Memahami Diri Sendiri, Berhenti Menyenangkan Orang Lain
Foto: Unsplash.com
GEMAGAZINE – Manusia adalah makhluk sosial yang tentunya membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya. Tidak hanya untuk saling memberi dukungan, tetapi juga untuk saling membantu saat berada di dalam kesulitan. Namun, kondisi ini justru terkadang disalahartikan oleh sebagian orang yang terlalu mengkhawatirkan kesejahteraan orang lain dibandingkan kesejahteraan diri sendiri. Hal ini terjadi pada seseorang yang memiliki perilaku people pleaser.
People pleaser atau yang kerap kali disebut sebagai ‘penyenang orang lain’ adalah ciri atau perilaku seseorang yang cenderung tulus peduli terhadap pendapat dan keinginan orang lain. Dalam upaya memenuhi ekspetasi orang-orang di sekitarnya, sering kali seorang people pleaser rela untuk mengorbankan kebutuhan dan nilai-nilai pribadinya. Tentu saja fenomena ini dapat memengaruhi kehidupan seorang people pleaser.
Mereka yang berperilaku sebagai people pleaser sering kali menempatkan kebahagiaan orang lain di atas kebahagiaan pribadi. Hal ini ditunjukkan karena adanya keinginan yang kuat untuk dapat tampil baik dan diterima oleh lingkungan di mana dia berada. Di balik keinginannya tersebut, tersimpan rasa kecemasan yang besar untuk mendapatkan penilaian buruk dan penolakan dari lingkungannya yang pada akhirnya dapat memunculkan pemikiran bahwa dia tidak disukai, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, dan tidak diterima. Dilansir GEMAGAZINE dari Kementerian Kesehatan, Sabtu (13/01/2023).
Ciri Khas Seseorang yang Berperilaku People Pleaser
Seseorang yang berperilaku people pleaser memiliki ciri-ciri mudah untuk menyetujui pendapat semua orang. Dia akan dengan mudah menerima pendapat orang lain, bahkan walaupun bertentangan dengan pendapat yang dia miliki, hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk disukai. Tentunya perilaku ini berdampak negatif bagi nilai yang dia miliki. Kemudian, seorang people pleaser cenderung sulit untuk mengatakan ‘Tidak” terhadap sesuatu dan selalu berusaha untuk menyetujui atau menerima tuntutan orang lain karena merasa sulit untuk menegaskan diri sendiri. Namun, alih-alih disukai, justru tidak jarang banyak orang malah memanfaatkan kebaikan yang dimiliki seseorang dengan perilaku people pleaser ini.
Seseorang yang berperilaku sebagai people pleaser juga cenderung untuk menutupi perasaannya sendiri. Orang dengan perilaku seperti ini, tidak akan mengakui perasaan yang sedang dia rasakan dan akan terus menutupi perasaannya, hal ini disebabkan oleh ketakutannya dalam memperkeruh suasana bagi orang-orang di sekitarnya. Terakhir, orang dengan perilaku people pleaser akan lebih memprioritaskan kebahagiaan dan kepentingan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Hal ini dilakukan karena dia terlalu takut untuk menolak sesuatu.
Dampak yang Terjadi jika Berperilaku People Pleaser
Memprioritaskan kebutuhan orang lain dibandingkan kebutuhan pribadi memang dapat meningkatkan hubungan sosial. Namun, perilaku people pleaser juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak negatif yang pertama adalah perasaan lelah fisik dan mental. Banyaknya tekanan untuk memenuhi ekspetasi orang lain dan memendam keinginannya sendiri akan membuat seseorang merasa lelah, baik secara fisik maupun mental. Seorang people pleaser akan sulit untuk mengontrol rasa cemas yang pada akhirnya membuat kesehatan mental pun terganggu. Kemudian, dia akan sulit untuk menentukan keinginan pribadinya. Hal ini dikarenakan setiap langkah yang dia pilih terlalu banyak bergantung kepada orang lain sehingga dapat membuat dia merasa tertekan saat sesuatu tidak sesuai dengan keinginannya sendiri.
Dampak dari berperilaku people pleaser juga dapat menyebabkan hilangnya jati diri. Terlalu mementingkan kebutuhan orang lain membuat seorang people pleaser tidak memiliki waktu untuk mengenali dirinya sendiri. Hal ini mengakibatkan hilangnya rasa semangat untuk terus maju dan berkembang. Kemudian, perilaku seperti ini juga dapat memicu gangguan emosi dikarenakan seorang people pleaser akan lebih memilih untuk memendam emosi dan amarahnya. Perilaku tersebut umumnya dapat membuat tekanan yang menimbulkan depresi.
Cara Berhenti Berperilaku People Pleaser
Menjadi seorang people pleaser tentu membuat kita merasa memiliki banyak tekanan. Oleh karena itu, perilaku people pleaser harus segera dihentikan. Langkah pertama yang diambil dapat berupa pengembangan sikap dari diri kita sendiri. Mengutamakan diri sendiri bukan berarti kita egois. Sebab, kebahagiaan orang lain memang bukanlah menjadi tanggung jawab dan prioritas kita. Tidak perlu berusaha untuk memenuhi ekspetasi orang lain, tetapi cobalah untuk fokus terhadap diri sendiri terlebih dahulu. Cara yang kedua adalah hindari reaksi spontan untuk menerima permintaan dari orang lain. Misalnya, jika seseorang meminta kita untuk mengerjakan pekerjaannya, padahal kita sendiri belum selesai mengerjakan pekerjaan kita, mulai beranikanlah diri untuk menolak permintaan tersebut.
Cara berikutnya adalah mencoba belajar untuk berani mengatakan “tidak”. Menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan pribadi bukan berarti kita memiliki sikap jahat atau kurang menghargai. Namun, adakalanya kita harus mengutamakan keinginan kita sendiri daripada keinginan orang lain. Selanjutnya, yaitu membatasi diri sendiri jika ingin menolong seseorang. Menolong seseorang adalah sikap yang baik, tetapi kita juga harus membatasinya agar orang lain tidak memanfaatkan kebaikan kita.
Melalui cara-cara tersebut, seseorang dengan perilaku people pleaser mampu menyadari betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan orang lain dengan kebutuhan pribadi. Sebagai kesimpulan, tentu lebih baik mengutamakan kepentingan diri sendiri dan hidup dengan tenang tanpa adanya tekanan dari banyak orang.
People pleaser, di mana umumnya masih banyak orang yang tidak percaya dengan istilah tersebut, berpikir bahwasanya mereka hanya melakukan tindakan kebaikan. Sebenarnya, tidak ada salahnya untuk bersikap baik dalam berinteraksi dengan orang lain. Namun, sama seperti hal lainnya, melakukan sesuatu secara berlebihan biasanya mempunyai dampak negatif.
Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memahami bahwa perilaku people pleaser yang meskipun dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menyenangkan orang lain, dapat berdampak buruk bagi diri sendiri. Mengenali potensi dampak negatif tersebut dapat menjadi langkah pertama untuk mengatasi kecenderungan people pleaser dan menentukan keseimbangan yang sehat dalam interaksi sosial.
(efp/az)