E-SIM Membuka Era Baru Telekomunikasi di Indonesia
Di era digital yang terus berkembang, tentunya Indonesia tidak mau ketinggalan. Salah satu inovasi terbaru yang sedang menjadi sorotan adalah Embedded Subscriber Identity Module (e-SIM) yang menjanjikan kemudahan dan fleksibilitas lebih bagi pengguna telekomunikasi.
Dengan berbentuk modul yang terintegrasi dan melekat di dalam perangkat komunikasi, serta teknologi dan perangkat lunak yang dapat menyediakan profil operator dari jarak jauh tanpa harus menukar kartu fisik atau chip di dalam perangkat, teknologi e-SIM telah banyak diintegrasikan dalam berbagai perangkat yang ada saat ini, baik itu perangkat wearable dan M2M maupun IoT. Berbagai perkembangan dan inovasi ini telah menciptakan perubahan lanskap dalam industri telekomunikasi yang makin didasarkan pada kerja sama nilai bersama dan kolaborasi lintas industri. Dilansir GEMAGAZINE dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Selasa (19/3/2024).
Perkembangan e-SIM di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk memperkenalkan teknologi e-SIM melalui Kominfo. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk memahami teknologi e-SIM secara komprehensif dan menentukan cara terbaik untuk menggunakannya di Indonesia. Dengan e-SIM, informasi identitas pelanggan tidak lagi disimpan dalam bentuk fisik pada kartu, tetapi terintegrasi langsung ke dalam perangkat elektronik. Sejumlah perangkat telah mendukung fitur e-SIM, termasuk seri terbaru dari Apple iPhone, mulai dari iPhone 11 hingga iPhone 15. Selain itu, beberapa model Google Pixel, Samsung Galaxy dari seri S20 ke atas, dan beberapa perangkat lain juga kompatibel dengan teknologi ini.
Cocokkah e-SIM untuk Masyarakat Indonesia?
Masyarakat Indonesia dikenal sering berganti-ganti kartu SIM, baik untuk keperluan pribadi maupun bisnis. E-SIM menawarkan solusi praktis tanpa perlu repot mengganti kartu fisik. Pengguna dapat mengelola dan mengakses berbagai layanan komunikasi dengan mudah melalui pengaturan perangkat lunak.
Dibandingkan dengan kartu SIM fisik, e-SIM menawarkan kapasitas yang jauh lebih besar. Pengguna dapat beralih antara e-SIM yang berbeda di smartphone tunggal. Ini menciptakan peluang baru dan fleksibilitas yang lebih besar dalam hal memilih layanan komunikasi. Namun, e-SIM juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu ketersediaannya yang masih terbatas dan kemungkinan adanya biaya tambahan terkait dengan penggunaannya. Selain itu, masalah kompatibilitas dan dukungan teknis juga menjadi pertimbangan.
E-SIM di Indonesia masih dalam tahap pengembangan dan penelitian. Namun, potensinya untuk merevolusi industri telekomunikasi sangatlah besar. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan operator seluler, e-SIM bisa menjadi kunci untuk memasuki era baru telekomunikasi yang lebih efisien dan fleksibel di Indonesia.
(efp/nnf)