Mengulik Peran Taylor Swift terhadap Perempuan Muda
GEMAGAZINE — Sebagian besar individu hidup dengan memiliki role model atau idola di dalamnya. Role model sangat mungkin memberikan pengaruh besar terhadap bagaimana tindak laku seseorang terhadap sesuatu. Di era digital saat ini, pengaruh sosok idola terhadap seseorang tidak lagi hanya terbatas pada kekaguman akan prestasi atau penampilan mereka. Besarnya kehadiran media sosial memberikan bukti nyata munculnya hubungan parasosial yang terbentuk antara idola dan penggemarnya. Mereka merasa tidak hanya sekadar menjadi penggemar, tetapi juga mendapatkan perasaaan terkoneksi langsung dengan idola mereka.
Tidak terkecuali Taylor Swift yang telah berkecimpung di industri selama lebih dari 15 tahun membuat besar pamornya tidak perlu dipertanyakan lagi. Taylor Swift yang sejak awal memulai karirnya di umur belia sebagai penyanyi solo sekaligus penulis lagu yang dikenal dengan genre pop country-nya kala itu, sekarang telah menjelma menjadi wanita sukses yang memegang peran di industri musik itu sendiri.
Tentu saja hal tersebut membuat penggemarnya, khususnya para perempuan muda semakin mencintai dan terinspirasi akan dirinya. Swift dikenal sebagai sosok yang jujur akan karya-karyanya. Perasaan dan kerentanannya ia tuangkan secara terang-terangan di seluruh diskografinya. Hal tersebut yang membuat ia dan pendengarnya merasa terkoneksi. Ia memberikan keyakinan bahwa segala perasaan yang dimiliki oleh seseorang itu nyata dan boleh untuk kita rasakan sebegitunya. Swift memberi contoh nyata bahwa segala perasaan tersebutlah yang berhasil membentuk ia menjadi dirinya yang sekarang.
Stand Up for Yourself, Gurl!
Sebagai perempuan, kita banyak dibayang-bayangi oleh berbagai hal yang “boleh” dan “tidak boleh” kita lakukan di mata masyarakat. Kita rentan menemukan diri kita sebagai individu yang bebas dikritisasi tanpa boleh bersuara balik dengan lantang.
Hal ini telah dirasakan langsung oleh Taylor Swift. Di salah satu ajang penghargaan musik bergengsi, ia berhasil memenangkan penghargaan di usianya yang belum genap 20 tahun kala itu. Saat ia memberikan pidato singkatnya, salah satu rapper pria ternama menyela pidatonya dengan menyatakan bahwa seseorang lebih layak mendapatkan penghargaan tersebut dibandingkan dirinya.
Sebagai perempuan yang masih di usia remajanya kala itu, wajar saja jika ia menunjukkan rasa takutnya. Namun, alih-alih membalas dengan risiko merusak reputasinya, ia dengan tenang tetap berdiri di podium besar tersebut dengan penghargaannya yang tetap ia genggam erat. Swift justru membalas dengan menuangkan perasaannya setelah kejadian tersebut di berbagai karyanya. Hal ini menunjukkan bahwa remehan orang lain terhadapnya tidak membuatnya seketika jatuh, justru menjadi pembakar dirinya untuk terus dapat membuktikan bahwa ia layak berada di sana.
Tidak hanya kejadian itu, ratusan diskografi yang telah ia tulis dan ciptakan dengan hati dan usahanya, dicuri begitu saja oleh ex-label perusahaannya. Sayangnya, ia tau hal tersebut bukan hal yang dapat dengan mudah ia raih kembali, dengan tetap tegaknya ia merekam ulang seluruh diskografinya bahkan menambahkan puluhan lagu baru yang justru membuat ia semakin dikenal dan dicintai oleh masyarakat.
Kejadian-kejadian tersebut memberikan kita kepercayaan baru bahwa apapun dapat mencoba membuat kita jatuh. Namun, alih-alih berlarut dalam keterpurukan, kita justru dapat melihat ke arah yang berbeda dengan tetap berdiri dan meyakini bahwa kejadian tersebut yang akan membentuk kita dan membuat kita layak untuk selangkah lebih dekat dengan mimpi-mimpi besar kita.
Kita Boleh dan Diizinkan untuk Merasa Rentan
Taylor Swift selalu lantang menunjukkan bahwa ia menulis dan menciptakan sendiri karya-karyanya. Bahkan, beberapa karyanya dapat dengan mudah ditebak oleh para penggemarnya mengenai siapa muse di balik lagu tersebut dan ada kejadian apa di balik karya tersebut. Hal ini menjadikan dirinya sebagai sosok idola yang dengan mudah terkoneksi dengan para penggemarnya. Seolah, pendengarnya dapat merasakan langsung apa yang Swift rasakan saat menciptakan karya tersebut.
Ini menunjukkan bahwa Taylor Swift terbuka dan tidak takut perasaan rentannya dapat diketahui dan dipahami oleh orang lain. Melalui tulisan-tulisannya, secara tidak langsung ia telah memberi dukungan kepada seluruh perempuan—bahkan siapapun itu tanpa mengenal gender—bahwa perasaan emosional merupakan bagian dari diri kita sebagai manusia dan kita boleh serta berhak untuk merasakan hal tersebut seakan-akan kita adalah karakter utama di kehidupan ini.
Perasaan dikhianati, diremehkan, patah hati, kehilangan, bahkan saat-saat dimana ia membenci dirinya ditunjukkan secara gamblang pada karyanya sebagai bukti bahwa semua itu membentuk dirinya sebagai wanita yang jauh lebih baik, lebih kuat, bahkan lebih mengagumkan sekarang.
Taylor Swift dan Diskografinya yang Lantang Menyuarakan Perempuan
Banyak musisi yang perlahan tenggelam dalam beberapa tahun karena warna musiknya yang sudah tidak lagi relevan seiring dengan perkembangan zaman. Sebagai musisi yang telah berkiprah di industri musik selama lebih dari 15 tahun, Taylor Swift konsisten menunjukkan rentang versatility-nya. Ia mampu mempertahankan pamornya dengan terus mempelajari dan memahami pasar pendengar.
Pada generasi yang mana hak dan keadilan perempuan sudah mulai lantang digaungkan, salah satu karyanya, “The Man” dari album Lover, hadir menemani, memberikan validasi dan dukungan terhadap seluruh perempuan di dunia.
Dilansir Gemagazine dari BBC Entertainment & Arts: Taylor Swift literally plays The Man in new video. The Man menceritakan mengenai sistem sosial patriarkis yang menggambarkan bagaimana masyarakat menciptakan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan walaupun mereka memiliki peran yang sama.
Melalui liriknya, lagu ini menegaskan jika perempuan diberi role dan beban yang serupa dengan laki-laki, perempuan akan dengan mudah lebih bersinar. Swift menuangkan kejengahannya akan sistem sosial yang membuat semuanya jauh lebih mudah bagi laki-laki.
Lagu ini juga memberi validasi bahwa selama ini perempuan selalu lebih mudah dicap buruk. Mulai dari cara berpakaian hingga pengalamannya sebagai musisi yang terbuka dengan perasaan di seluruh karyanya, membuat ia banyak di cap buruk oleh masyarakat.
Padahal selama ini, banyak musisi pria yang juga melakukan hal yang serupa seperti Swift terhadap karya-karyanya, tetap saja lebih mudah untuk masyarakat memberikan penilaian buruk terhadap perempuan. Lagu ini berhasil memberikan validasi kepada perempuan di seluruh dunia mengenai beratnya hidup sebagai perempuan di mata masyarakat.
Taylor Swift bukan hanya seorang musisi, ia adalah sosok yang menciptakan banyak generasi perempuan untuk mampu berdiri menjunjung keadilan dan dirinya sendiri. Bahkan, membuat kita belajar berani berteman dengan seluruh perasaan tidak menyenangkan pada diri kita. Ia menginspirasi kita untuk tetap tumbuh menjadi perempuan yang jauh lebih baik hingga mampu menciptakan kehidupan yang baik pula untuk orang-orang di sekitar kita.
(sa/az)