Kekuatan Besar yang Terungkap: Shadow and Bone

0

Judul Buku      : Shadow and Bone (The Grisha Trilogy #1)

Penulis             : Leigh Bardugo

Genre              : Fantasy, young-adult, romance

Penerbit           : POP

Tebal               : 380 halaman

“Bagaimana cara menyembunyikan kesaktianmu?”

“Aku tidak menyembunyikan apa-apa. Aku tidak punya kesaktian.”

“Mustahil.”

“Nyatanya begitu.”

Novel ini menceritakan tentang gadis yatim piatu, Alina Starkov, si pembuat peta yang ditugaskan untuk pergi ke Selubung Bayangan, suatu tempat hampa cahaya yang berisi monster pelahap manusia. Ia pergi bersama sahabatnya, Mal Oretsev, seorang pelacak yang andal. Mereka tahu nyawa mereka mungkin saja akan berakhir di sana akibat menjadi mangsa para monster. Namun alih-alih menjadi mangsa, kekuatan besar Alina yang tidak disangka kini terungkap. Cahaya berpendar dari dalam dirinya saat ia mencoba menyelamatkan sahabatnya, Mal, yang hampir kehilangan nyawa dalam misi tersebut.

Terbangun dalam keadaan asing, Alina dibawa pergi ke Istana Kecil, tempat Sang Kelam berada untuk berlatih bersama Grisha. Sang Kelam percaya bahwa Alina dapat membantunya menghancurkan Selubung Bayangan dan mempersatukan kembali wilayah negeri.

Akankah Alina berhasil menghancurkan Selubung Bayangan bersama dengan Sang Kelam? Benarkah apa yang dipercayai Sang Kelam? Sebab, segala sesuatu sejatinya tidak sesederhana itu.

Shadow and Bone adalah buku pertama Leigh Bardugo yang saya baca setelah saya berulang kali melihatnya di laman Goodreads dan bookstragam. Shadow and Bone merupakan buku pertama dari The Grisha Trilogy. Buku keduanya adalah Siege and Storm lalu buku ketiganya adalah Run and Rising.

Novel ini menggunakan sudut pandang tokoh utama, Alina, gadis yang menyangkal kekuatannya serta tidak percaya diri dengan kekuatan yang dimilikinya. Ia menjadi kaum Grisha yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Grisha merupakan prajurit tentara kedua milik Sang Kelam. Corporalki–ordo denyut dan maut, Etherealki–ordo pemanggil, dan Materialki–ordo fabrikator. Mereka dapat dibedakan dari kefta yang dikenakan. Masing-masing memiliki warna yang berbeda.

Saya sangat menyukai premis cerita yang ditulis Leigh Bardugo ini. World Building yang digambarkan mengesankan. Pokoknya keren! Di buku ini juga terdapat peta negeri-negeri yang ada di dalam cerita sehingga suasana lebih tergambarkan.

Karakter yang dibuat di dalam novel ini begitu kuat. Masing-masing memiliki porsi yang pas. Saya menyukai perkembangan karakter Alina saat menuju pertengahan cerita. Alina menjadi lebih kuat dan pantang menyerah. Selain itu, ada Mal yang lihai, berani, cerdik, dan rela mempertaruhkan nyawanya untuk Alina. Sebagai pelacak yang andal, saya merasa Mal memiliki kemampuan yang lebih dari itu.

Karakter favorit saya adalah Sang Kelam. Sejak kemunculannya di awal cerita, saya sudah sangat penasaran dengannya. Ia memiliki daya tarik karena aura kegelapan yang menyelimutinya. Sang Kelam digambarkan begitu misterius, berbahaya, dan tampan. Ia seperti menyimpan begitu banyak rahasia di dalam dirinya.

Alur maju yang digunakan oleh penulis menambah keseruan cerita. Pembaca dibuat penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya sebab ada sebuah rahasia yang masih menjadi misteri. Meski begitu, suasana menegangkan baru terasa mendekati akhir cerita. Hal ini mungkin terjadi karena buku ini merupakan seri pertama. Buku ini menjadi pembuka cerita untuk buku-buku selanjutnya sehingga kita masih dibawa untuk pengenalan para tokoh dan dunia ceritanya.

Kekurangan dari buku ini adalah adanya saltik pada beberapa kata yang saya temukan. Namun, hal ini tidak terlalu mengganggu selama saya membacanya. Selain itu, nama Sang Kelam untuk buku selanjutnya mungkin bisa diganti menjadi The Darkling seperti versi aslinya. Saya merasa lebih nyaman saat membacanya karena lebih pas dengan karakternya.

“Seumur hidup aku mencari cara untuk memperbaiki situasi tersebut. Kau adalah secercah harapan pertama yang kutemukan setelah penantian panjang.”

“Aku sudah lama menantimu, Alina,” katanya. “Kau dan aku akan mengubah dunia.”

“Masalahnya,” dia berbisik, “keinginan menjadikan kita lemah.”

Saya memberikan nilai 4.5/5 untuk Shadow and Bone. Saya merasa tidak sabar untuk membaca buku keduanya!


Teks: Salwa Izzati

Penyunting: Zikra Mulia Irawati

Ilustrasi: Dokumentasi pribadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *