Beautiful sand beach landscape in Mandalika Beach, Lombok, West Nusa Tenggara, Indonesia

Bak surga  tersembunyi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, pesona Mandalika menelisik menusuk mata lewat pancaran keasrian alam yang menggoda. Hijau pohon yang dipadukan dengan hamparan pasir pantai dan ekosistem bawah laut mampu menyapu destinasi wisatawan berdatangan.

Potensi yang strategis menempatkan Mandalika sebagai kawasan pariwisata nasional disokong oleh jalan dan bandara di Lombok. Tentu hal ini memberikan aksesibilitas yang mudah untuk traveling ataupun liburan. Akan tetapi, tak banyak orang tahu dari mana nama Mandalika itu berasal. Lalu, bagaimana asal mula nama “Mandalika”?

Mandalika sendiri menurut bahasa Sansekerta berarti gubernur yang menjabat di sebuah provinsi. Sedangkan dari cerita yang berkembang di masyarakat Lombok, Mandalika adalah nama dari seorang putri yang cantik jelita yang menjadi pujaan para pujangga. Ia putri dari seorang raja yang bijak dan masyhur kala itu.

Rupanya yang cantik dan tutur bahasanya yang sopan banyak dikagumi semua orang, bahkan seluruh pangeran di Lombok pun jatuh hati pada pesona Sang Putri. Akhirnya, rupawan wajah Sang Putri pun mendatangkan berbagai pinangan kepadanya.

Para utusan dari berbagai penjuru pun mengirimkan berbagai surat maksud hati untuk menjadikan Sang Putri sebagai belahan jiwanya. Berbagai surat pinangan tersebut ternyata membuat sang putri bingung, di satu sisi dia ingin menikah tapi di sisi lainnya ia takut terjadi perpecahan. Ditambah kerajaan yang dipimpin ayahnya sangatlah kecil tak akan mampu melawan serangan bila ia menolak salah satu dari pinangan pangeran dari kerajaan lain.

Sebelumnya, atas usul Sang Raja terjadi pertandingan antar pujangga yang melamar putrinya di Pantai Seger Lombok. Namun, tak ditemukan pemenangnya itu siapa sehingga menimbulkan banyak perdebatan di arena pertandingan tersebut. Sang Putri pun meminta waktu kepada semua pelamarnya untuk menenangkan diri ke sebuah gua sampai tanggal 20 bulan 10 pada pertanggalan Sasak serta meminta untuk semua para pelamarnya menunggu dia di pantai Seger kembali sebelum azan subuh di tanggal tersebut.

Hari itu pun telah tiba, sesampainya di sana sang putri berkata, “Dengarkan baik-baik, semua lamaran kalian aku terima. Aku harap tidak ada perpecahan di Tanah Sasak karena aku ini milik kalian semua,” kata Putri Mandalika.

Perkataan Sang Putri ini membingungkan semua orang. Kendati demikian, Sang Raja pun mendekati putrinya. Namun, sebelum sampai, putri Mandalika sudah menceburkan diri ke laut dan terbawa arus yang sangat besar.

Seluruh pujangga yang melamarnya pun berusaha menyelamatkan Sang Putri hingga ke berbagai penjuru pantai. Tetapi, Sang Putri tidaklah ditemukan yang muncul malah cacing berwarna-warni yang dikenal dengan nama nyale.

Nyale ini sekarang diyakini sebagai jelmaan sang putri. Masyarakat Lombok khususnya suku Sasak saat ini sering mengadakan upacara Bau Nyale yang dilaksanakan setiap tahun. Upacara ini dipercaya sebagai tradisi untuk menemui jelmaan dari Putri Mandalika yaitu dengan cara mencari nyale dan dijadikan makanan. Sehingga wajar, masyarakat menggunakan nama Mandalika sebagai sirkuit sebab arti dan filosofi nama itu penting bagi daerah Lombok apalagi suku Sasak.


Penulis: Melan Eka Lisnawati

Penyunting: Farah Andini

Foto: pexels

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *