Jakarta dan Semarang Diprediksi Masuk Daftar Kota Paling Cepat Tenggelam di Dunia

Foto: Unsplash

Gemagazine – Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Geophysical Research Letters, dua kota di Indonesia, yakni Jakarta dan Semarang, masuk ke daftar kota paling cepat tenggelam.

Dalam penelitian tersebut, urutan pertama diisi oleh kota Tianjin (Cina) dengan tingkat penurunan tanah 5,22 cm per tahun, disusul oleh Semarang dengan penurunan 3,96 cm per tahun, dan Jakarta di urutan ketiga dengan penurunan 3,44 cm per tahun.

Alasan tenggelamnya kota-kota tersebut adalah penurunan permukaan tanah. Hal ini dikarenakan penggunaan air tanah yang masif dan dihuni oleh penduduk dengan jumlah besar. Tak lupa pula, perencanaan kota yang kurang matang turut menambah risiko penurunan tanah di wilayah tersebut.

Riset-Riset Mengatakan bahwa Jakarta dan Semarang akan Cepat Tenggelam

Sebelumnya, terdapat pula studi serupa yang dirilis oleh Nature Climate Change. Para peneliti menyebutkan terdapat beberapa kota besar di Asia yang akan tenggelam pada tahun 2100 mendatang. Mereka juga menemukan bahwa kota Bangkok (Thailand), Ho Chi Minh (Vietnam), dan Yangon (Myanmar) juga memiliki risiko tenggelam yang sangat tinggi.

Penurunan tanah di Indonesia, khususnya Jakarta sebetulnya sudah cukup sering dibahas. Salah satu yang paling populer adalah pendapat ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menyebut bahwa 95% wilayah Jakarta Utara akan tenggelam pada tahun 2050.

Penurunan tanah di Jakarta khususnya Jakarta Utara sangat mengkhawatirkan. Jakarta Utara telah turun sejauh 2,5 meter dalam sepuluh tahun terakhir. Sementara untuk rata-rata seluruh wilayah, daratan Jakarta turun antara 1–15 cm per tahunnya.

Alasan Tenggelamnya Kota-Kota Tersebut

Faktor terbesar pemicu penurunan tanah di sejumlah kota di dunia disebabkan oleh penggunaan air tanah yang masif. Selain itu, wilayah kota tersebut umumnya memiliki jumlah populasi yang besar.

Faktor lainnya adalah perubahan iklim yang menjadi “dalang” kenaikan level permukaan air laut. Selain itu, perencanaan kota yang kurang baik juga dapat menyumbang risiko penurunan tanah di suatu wilayah.

Walaupun tidak dapat dinaikkan kembali permukaan tanahnya, kota-kota tersebut sebenarnya masih dapat menekan laju penurunan tanah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki tata kota dan penggunaan air tanahnya.

Indonesia sebenarnya juga telah mengambil langkah serius, yakni kebijakan dari Presiden Jokowi yang memindahkan ibu kota negara ke Nusantara, Kalimantan.

Langkah Pemerintah untuk Mengatasinya

Langkah memindahkan ibu kota dinilai para ahli menjadi salah satu kebijakan terbaik untuk melindungi alam di pulau Jawa, agar penduduk di pulau Jawa tidak terus memadat dan pertumbuhan serta perkembangan penduduk di Indonesia dapat lebih merata.

Pemerintah Indonesia pun sebenarnya sudah mengambil langkah serius dengan menjalankan sejumlah kebijakan, salah satunya memindahkan ibu kota negara. Hal lainnya mencakup pembangunan bendungan sebagai pemasok air minum ke wilayah barat Jakarta dan Tangerang.

Kebijakan ini diikuti oleh PAM Jaya yang akan melakukan pembangunan sarana air bersih untuk meningkatkan layanan air bersih perpipaan 100 persen. Saat itulah penggunaan air tanah akan dilarang secara total. Sebaiknya, Semarang juga dapat melakukan langkah yang sama, demi mencegah wilayahnya tenggelam lebih cepat. (TG/INM)