Penjaga Pintu Harmoni Muslim – Katolik di Pasar Minggu

0
Foto: Gemagazine/Argya D. Maheswara

Di tengah hiruk pikuk kehidupan kota Jakarta, negeri ini merupakan salah satu negara yang memiliki keberagaman agama dan budaya yang begitu melimpah. Uniknya, yang menjadi karakteristik utama bukan sekadar keberagaman saja, tetapi juga menjadi sebuah pedoman atau nilai yang diyakini oleh masyarakat Indonesia. Salah satu bentuk nyata dari keberagaman agama adalah seorang bernama Heru Anwar yang bekerja sebagai satpam di Gereja Katolik Keluarga Kudus Pasar Minggu.

Heru Anwar, seorang satpam yang telah bertugas di Gereja Katolik Keluarga Kudus selama lebih dari satu tahun, ia merupakan salah satu karyawan yang paling dihormati dalam komunitas gereja tersebut. Ia bukan hanya seorang satpam biasa; Heru adalah pribadi yang penuh dedikasi terhadap pekerjaannya, selalu siap menjaga keamanan gereja dengan senyuman di wajahnya.

“Kami kerja di sini dibagi menjadi dua shift, jadi dalam sehari ada 12 jam dari pukul tujuh pagi sampai pukul 12 malam, sistemnya masuk empat hari, libur dua hari,” ucap Heru.

Romo Bekti, romo Gereja Katolik Keluarga Kudus, sangat menghargai kontribusi Heru. Menurut Romo Bekti, Heru adalah ‘tangan kanan gereja’ yang selalu siap sedia untuk membantu dalam berbagai situasi, baik yang bersifat keamanan maupun yang bersifat sosial. Dedikasi Heru terhadap tugasnya telah menjadikannya sebagai bagian yang sangat berharga dalam komunitas gereja.

Salah satu hal yang paling mencolok tentang Heru adalah sikap toleransinya terhadap agama Katolik yang dianut oleh jemaat gereja tempatnya bekerja. Meskipun Heru adalah seorang Muslim, ia selalu menghormati dan menghargai kepercayaan orang lain. 

Romo Bekti menjelaskan bahwa sikap ini telah memperkaya hubungan antaragama di gereja tersebut dan membangun dialog yang positif.

“Menurut agama saya ya ‘agamamu untuk agamamu dan agamaku untuk agamaku’ jadi kita nggak saling menjelekkan ataupun pertentangan kita saling menghormati dan menghargai aja,” ujarnya.

Heru Anwar adalah sosok yang mudah didekati dan ramah terhadap semua jemaat gereja. Ia sering berbicara, mendengarkan cerita, dan memberikan dukungan moral ketika diperlukan. Ini menciptakan ikatan emosional antara Heru dan jemaat gereja, sehingga mereka merasa aman, nyaman, dan diterima dalam komunitas gereja.

Menurut Romo Bekti, Heru bukan hanya satpam yang menjaga gereja, tetapi juga teman sejati bagi banyak jemaat. Ia telah menjadi bagian integral dari keluarga besar Gereja Katolik Keluarga Kudus.

Kisah Heru Anwar adalah contoh nyata bahwa toleransi beragama bukanlah hal yang sulit dicapai. Ia memperlihatkan kepada kita bahwa, meskipun berbeda dalam keyakinan agama, kita semua bisa hidup bersama dalam perdamaian dan harmoni. Heru memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk menerima perbedaan dan menjalani hidup dengan penuh toleransi.

Heru Anwar adalah pribadi luar biasa yang telah membantu menjaga keamanan dan ketertiban di Gereja Katolik Keluarga Kudus, Pasar Minggu. Dedikasinya, sikap toleransinya terhadap agama Katolik, hubungannya yang baik dengan jemaat, dan contoh hidupnya untuk toleransi adalah nilai tambah yang luar biasa bagi komunitas gereja tersebut. 

“Karena Gereja Katolik itu kan sebenarnya terbuka artinya universal dengan semua orang, jadi tidak ada persoalan, tidak ada permasalahan ketika mereka yang beragama lain itu bekerja di gereja atau di unit karya Katolik, bisa di rumah sakit, bisa di biara, bisa di sekolah, bisa di panti asuhan dan lain sebagainya karena banyak sekali di rumah retret,” jelas Romo Bekti.

Pandangan Romo Bekti mencerminkan penghargaan yang mendalam terhadap peran Heru Anwar dalam menjaga keharmonisan dan persatuan di gereja mereka. Heru Anwar adalah bukti hidup bahwa Indonesia adalah rumah bagi beragam keyakinan yang dapat hidup bersama dalam kerukunan.

“Maka berangkat dari arti Katolik yang universal yang menerima semua maka tidak ada persoalan tentang bahwa mereka yang beragama lain yang muslim yang lainnya itu berada di lingkungan gereja karena itu menjadi kesempatan pula mewartakan penghormatan terhadap martabat manusia,” pungkas romo Bekti. (VMG/FT)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *